Jumat, 22 Juni 2012



Hana Tajima Simpson, wanita blasteran Jepang-Inggris diijinkan memeluk Islam oleh orangtua non-islam yang menghargai perbedaan.

Rabu, 20 Juni 2012

Gigi, sebuah grup band yang menjunjung tinggi rasa toleransi.  Agama Hindu dan Islam mampu berkolaborasi dengan sangat  solid selama hampir dua dekade sejak 1994.

Senin, 18 Juni 2012

AWAL DARI SEBUAH PENGABDIAN


           Jum'at tanggal 15 Juni lalu aku ada agenda untuk menyerahkan juklak (petunjuk pelaksanaan) lomba ke SMA-SMA demi menyongsong acara tahunan HMJ Sastra Jerman UM yakni Deutsche Tage yang diadakan bulan November nanti. Ya, tanggal 14 Juni aku bertolak ke Lumajang, selain pulang karena tugas. Aku juga mengunjungi kedua orangtua dan kedua adikku yang cukup lama tidak pernah jumpa. Aku memang sangat menyayangkan wakil dari Lumajang tidak ada satupun tahun lalu, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi untuk tahun ini. Pagi hari sekitar pukul 08.30 aku sudah sampai di rumah karena aku berangkat dari Malang pukul 05.30 dengan kecepatan yang sewajarnya. Seharian aku bercengkerama dengan orangtua, esoknya aku bersiap-siap menuju SMA-SMA yang mengajarkan pelajaran Bahasa Jerman. Menurut informasi yang aku dapat di Lumajang ada tiga SMA yang ada Bahasa Jerman yakni SMA 1, 3 dan SMA Jatiroto. Dengan menggunakan jas almamater UM Pukul 07.30 aku berangkat kerumah teman SMP menggunakan motor smash biru yang selalu menemaniku, Yogie namanya yang njuga alumni SMA 1 dan sekarang meneruskan di Universitas Jember, dia sudah aku bocking untuk menemaniku dalam tugas ini. Setelah sampai dirumahnya langsung saja kami menuju SMA yang paling dekat yaitu SMA Negeri 3 Lumajang, sekolah ini memang menjadi langganan juara di acara Deutsche Woche kategori gedicht dan singen yang diadakan di UNESA dan aku sendiri belum pernah mendengar SMA 3 berpartisipasi di acara Deutsche Tage yang diadakan di UM, karena itu sekolah ini diharapkan bisa unjuk gigi di Deutsche Tage nanti. Saat sampai ternyata pagar ditutup rapat karena ada rapat koordinasi kenaikan kelas. Aku dan Yogie memutuskan ke sekolah yang dulu tempat belajar Yogie, SMA 1 Lumajang menjadi tujuan berikutnya. Sekolah ini juga langganan juara dan lagi-lagi di UNESA untuk kategori kreativ schreiben dan grammatik, kedua sekolah ini memang acapkali mencantumkan namanya diatas podium, namun sekali lagi partisipasi mereka belum teruji di Deutsche Tage. 
       
         Sampai disana aku langsung menuju pos satpam, dipos satpam aku menemui dua orang. Yang satu pakai peci dan yang satu memakai batik dan tas jinjing, mereka kelihatannya juga tidak ada kegiatan karena UAS memang sudah usai. aku langsung bertanya kepada bapak yang memakai batik dan tas jinjing tadi.
         
             "Permisi Pak, saya Deka dari Universitas Malang. Bisa bertemu dengan guru Bahasa Jermannya ?"
           " Guru Bahasa Jerman ?, oh das ist mich, Guten Morgen ??"
Tanpa disadari aku langsung berhadapan dengan yang bersangkutan, langsung saja kujawab "Guten morgen auch, ich bin von Malang Universitaet". Aku berusaha jawab dengan Bahasa Jerman yang aku sendiri juga masih dalam tahap belajar, setelah aku berikan juklaknya dan ditandatangani. Aku sempatkan untuk ngobrol sejenak dengan beliau.
              "Kalau di Lumajang ini selain SMA 1 dan 3 ada lagi SMA Yosowilangun mas, dulu memang di SMA Jatiroto ada. Namun karena guru Bahasa Jermannya dipindah ke SMA Yosowilangun ya otomatis SMA Jatiroto tidak ada, kalau mas mau bisa langsung cek kesana".
                  "Begitu ya Pak, terimakasih Pak. Viele Dank fuer deine Infomation. Auf Wiedersehen".
SMA Yosowilangun berlokasi di sebelah Timur Lumajang dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, kami bertolak kesana karena Yogie yang mengetahui lokasinya, di tengah perjalanan Yogie membuka pembicaraan.
                    "Dek, kalau seumpama di SMA Yosowilangun tidak ada Bahasa Jerman gimana ?".
                 "Kita kan dikirim jauh-jauh untuk berkuliah kan nantinya juga akan mengabdi untuk kampung halaman, tidak sedikit putra asli daerah yang menduduki jabatan penting diluar sana. Sayangnya mereka tidak kembali dan tidak akan pernah kembali membangun Kota tempatnya dilahirkan kecuali Hari Raya atau Hari Besar. Dan aku tidak ingin seperti mereka !!!". Aku sama sekali tidak menyadari  jawaban yang aku lontarkan kepada temanku yang juga mahasiswa itu, tapi terbesit kesadaran bahwa tujuanku kuliah di luar Kota adalah demi bangsa dan negara yang kali ini dalm lingkup Kotaku sendri. Itulah pengabdian.
            Sesampainya disana sangat sayang seribu sayang, guru Bahasa Jerman sedang berada di Jakarta, tetapi aku meminta agar data guru Bahasa Jerman bisa diwakilkan. Data aku dapatkan  dan juklak aku serahkan kemudian kami kembali meluncur ke SMA 3 yang tadinya sempat tertunda, kali ini gerbang SMA 3 sudah terbuka lebar. Aku ke lobinya dan mengisi buku tamu untuk kemudian dipertemukan dengan Frau Ratna Dewi, beliau menerangkan panjang lebar  mengapa selama ini SMA 3 dan 1 masih belum bisa berpartisipasi di Deutsche Tage, itu karena jadwal Deutsche Tage dan Deutsche Woche hampir bersamaan sehingga sangat mustahil kosentrasi dibagi dua, selain itu SMA 1 dan 3 mayoritas guru Bahasa Jerman alumni dari UNESA. Dan juga disana kedua sekolah ini langganan juara. Akhirnya terjawab sudah mengapa selama ini wakil dari Lumajang tidak ada dan kuharapkan SMA Yosowilangun bisa mewakili ini semua, selain itu juga tidak menutup kemungkinan SMA 1 dan 3 bersedia berpartisipasi meramaikan lomba di Deutsche Tage sehingga persaingan akan semakin sengit karena tingkatannya sendiri seluruh Provinsi Jatim. Acara yang akan menyatukan mereka semua dengan membawa kebudayaan masing-masing daerah sehingga kita mampu untuk menerima perbedaan dan saling toleransi.

             Pukul 10.00 semua data dari masing-masing guru sudah ada pada genggamanku, aku segera pulang untuk menunaikan kewajibanku shalat Jum'at karena atas ridho-Nya aku lancar dalam mengemban amanah menyerahkan juklak. Tidak lupa aku SMS ke koordinator lomba yang mengamanahkan juklaknya padaku. Aku mengirim pesan dengan dalih "Deutsche Tage, Lumajang siap tempur !!!. langsung aku geber motor menuju rumah dengan kecepatan tinggi. Ini semua adalah awal dari pengabdianku, aku bukanlah orang yang sok, namun aku berusaha peduli dengan daerah. Aku tidak ingin tempatku dilahirkan dari dulu hingga kini keadaannya begitu-begitu saja. Semoga nantinyaakan banyak generasi muda yang menyadari bahwa daerah mereka membutuhkan sentuhan kaum intelektual seperti mereka. Wujud pengabdianku hanya sebatas menyerahkan juklak, apakah berikutnya ??. Tunggu tanggal mainnya.


Danke fuer Alle..... :D Sukses Deutsche Tage 2012 !!!