JALAN TERJAL PELAKU SINGGASANA
Oleh:
Bramastyo Dhieka Anugerah
Tidak
terasa kini era kepemimpinanku mulai diuji, andai saja mereka semua tahu bahwa
kelemahanku tetaplah seperti manusia yang lain. Kucoba bertahan dan bersabar karena emosi selalu
menghantui diri ini. Namun hanya satu orang yang aku pahami dan memahamiku, ia
selalu memahami sulitnya koordinasi melalui media sebagai perantara. Andai
semua orang seperti dia, tetapi bisa kumengerti jika permintaanku dikabulkan
maka kelak akan membuat aku lupa diri. Perlahan tapi pasti aku menyadari tiada
guna lagi aku meluapkan emosi, semua hanya akan membuat keadaan semakin buruk.
Tahap demi tahap kulalui, proses demi proses kujalani,
apadaya diri ini harus mengikuti jiwa yang sunyi. Semuanya kembali kepada
pribadiku, yang harus menanggung malu atas semua yang telah aku perbuat. Tapi
aku tak ingin semua berlalu seperti pejuang jepang dimasa lalu, aku akan
berusaha selama rekan-rekan dan dukungan ada padaku. Aku sadar semua tidak
mudah kembali seperti semula. Aku telah mencoba membongkar jati diriku yang
sebenarnya. Instruksi yang diamanatkan kian membuatku penasaran akan apa yang
akan terjadi nanti. Dinginnya malam ini sontak membuatku berpikir. Di hatiku
bertanya, inikah yang namanya rasa bimbang ?.
Malam semakin larut dan dingin kian menusuk, hati ini
kembali bertanya apakah kini waktuku telah tiba ? meluapkan segala prasangka,
menuangkan seluruh makna hingga tiada sisa dalam memori yang kelak musnah. Langkahku
kini terasa lebih ringan tuk kembali menjadi pribadi sejati, yang tak terbakar
oleh api dan sirna ditelan bumi. Namun ditengah-tengah perjalanan kembali aku
bertanya lagi dalam hati akan apa yang akan terjadi nanti. Walau semua orang
sudah tahu apa yang akan aku perbuat hari ini, esok dan nanti. Rencana dan
rancangan telah aku siapkan dan sudah kupikirkan masak-masak, baru aku tersadar
bahwa kini sudah malam.
Aku rebahkan
tubuh ini tuk melepaskan lelah dalam diri yang akan berjuang lagi esok hari.
Terimakasih Tuhan atas nikmat dan sayang-Mu kepada hamba-Mu yang hina ini,
hamba percaya Engkau yang paling sempurna, mendengar suka duka hamba-Mu dan
mengabulkannya.
Pagi menjelang dan matahari semakin terang, menyambut
mereka yang penuh harapan supaya hari ini lebih baik dari hari kemarin meskipun
ada pepatah yang mengatakan “Aku benci hari esok“. Namun
percayalah tomorow terdapat tiga huruf O yang artinya adalah Opportunity, besok
pasti lebih banyak kesempatan. Apapun kesalahan masih banyak kesempatan asal
kita mau instropeksi dan selalu belajar menjadi manusia yang lebih baik, karena
kesalahan akan membuat kita jadi sempurna.
Langkah-langkah
optimis mulai bergerak lagi untuk mecapai tujuan masing-masing, tujuan yang
mengarah pada impian dan berakhir di gerbang kesuksesan. Berat memang seperti
seorang pendaki yang harus melangkah ekstra keras untuk mencapai puncak
tertinggi Gunung Semeru agar mendapat predikat orang tertinggi di Pulau Jawa.
Ingatlah sobat, semakin berat langkah kita maka semakin dekat pula kita pada
impian yang kita idamkan dan jangan lupakan pula campur tangan Tuhan dan restu
kedua malaikat yang terlihat. Salahsatunya, impiankulah yang akan diwujudkan
karena aku semakin yakin dengan semangatku yang takkan pernah padam seiring
langkah optimisku yang menuju jalan terang.
Biarlah semua
menjadi beracun
Selama daun
masih ditetesi embun
Layakkah
sebuah roda berputar
Tetapi mata
ini begitu binar
Selama nafas
masih berhembus
Janganlah
ada semangat yang pupus
Jikalau hari ini tiada lagi impian yang akan diwujudkan,
esok hari masih menunggu orang-orang yang melangkah kedepan tanpa melihat
kebelakang hingga meninggalkan jejak-jejak yang nantinya akan diteruskan oleh
generasi berikutnya demi berkembangnya zaman yang perlahan mulai sesak dengan
meledaknya angka kelahiran.
Ditengah-tengah
permasalahan negeri ini masih banyak orang-orang yang “mendaftar‘‘ menjadi
koruptor. Sayang biangkerok itu hanya bisa kulihat dan kutunggu penyelesaiannya
yang selalu rumit bagi mereka yang berduit. Kasus-kasus besar bernilai milyaran
yang menjelma menjadi sorotan hampir seluruh awak media sehingga kasus-kasus
terdahulu perlahan-lahan mulai tenggelam.
Kemanakah kasusnya
sekarang ?. Inilah sebuah peluang emas baginya untuk melaksanakan pelesiran
jilid II jika awak media tidak lagi mengangkat kasusnya. Kasus besar seistimewa
gelarnya yaitu ‘‘scandal‘‘ layakkah kasus sandal jepit berubah menjadi scandal
jepit ?, sungguh penegak hukum berpendidikan tinggi maling juga mengenyam
sarjana bahkan lebih tinggi pula.
Beginilah
jadinya koruptor suka ngentit
Bangku
kuliah bukan lagi tempat mereka yang kurang duit
Zaman
sekarang hukum itu pelit, untuk kasus scandal jepit
Dalam hati mereka yang tak bersalah
harus menjerit
Karena koruptor ogah dibuang ke parit
Sungguh
negara ini butuh penegak hukum dengan berjuta spirit
Karena bagi
mereka yang berduit
Hukum tidaklah
rumit
Napoleon Bonaparte mengatakan bahwa “pena itu lebih tajam
dari pedang“ Aku hanya bisa berjalan dengan tulisan karena untuk terjun
langsung ke lapangan itu semua hanya sebatas
khayalan. Namun tidak menutup kemungkinan jika nantinya aku yang akan
turun tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar