Selasa, 21 Februari 2012

JALAN TERJAL PELAKU SINGGASANA


JALAN TERJAL PELAKU SINGGASANA
Oleh: Bramastyo Dhieka Anugerah
Tidak terasa kini era kepemimpinanku mulai diuji, andai saja mereka semua tahu bahwa kelemahanku tetaplah seperti manusia yang lain. Kucoba bertahan dan bersabar karena emosi selalu menghantui diri ini. Namun hanya satu orang yang aku pahami dan memahamiku, ia selalu memahami sulitnya koordinasi melalui media sebagai perantara. Andai semua orang seperti dia, tetapi bisa kumengerti jika permintaanku dikabulkan maka kelak akan membuat aku lupa diri. Perlahan tapi pasti aku menyadari tiada guna lagi aku meluapkan emosi, semua hanya akan membuat keadaan semakin buruk.
Tahap demi tahap kulalui, proses demi proses kujalani, apadaya diri ini harus mengikuti jiwa yang sunyi. Semuanya kembali kepada pribadiku, yang harus menanggung malu atas semua yang telah aku perbuat. Tapi aku tak ingin semua berlalu seperti pejuang jepang dimasa lalu, aku akan berusaha selama rekan-rekan dan dukungan ada padaku. Aku sadar semua tidak mudah kembali seperti semula. Aku telah mencoba membongkar jati diriku yang sebenarnya. Instruksi yang diamanatkan kian membuatku penasaran akan apa yang akan terjadi nanti. Dinginnya malam ini sontak membuatku berpikir. Di hatiku bertanya, inikah yang namanya rasa bimbang ?.

Malam semakin larut dan dingin kian menusuk, hati ini kembali bertanya apakah kini waktuku telah tiba ? meluapkan segala prasangka, menuangkan seluruh makna hingga tiada sisa dalam memori yang kelak musnah. Langkahku kini terasa lebih ringan tuk kembali menjadi pribadi sejati, yang tak terbakar oleh api dan sirna ditelan bumi. Namun ditengah-tengah perjalanan kembali aku bertanya lagi dalam hati akan apa yang akan terjadi nanti. Walau semua orang sudah tahu apa yang akan aku perbuat hari ini, esok dan nanti. Rencana dan rancangan telah aku siapkan dan sudah kupikirkan masak-masak, baru aku tersadar bahwa kini sudah malam.
  Aku rebahkan tubuh ini tuk melepaskan lelah dalam diri yang akan berjuang lagi esok hari. Terimakasih Tuhan atas nikmat dan sayang-Mu kepada hamba-Mu yang hina ini, hamba percaya Engkau yang paling sempurna, mendengar suka duka hamba-Mu dan mengabulkannya.
Pagi menjelang dan matahari semakin terang, menyambut mereka yang penuh harapan supaya hari ini lebih baik dari hari kemarin meskipun ada pepatah yang mengatakan “Aku benci hari esok“. Namun percayalah tomorow terdapat tiga huruf O yang artinya adalah Opportunity, besok pasti lebih banyak kesempatan. Apapun kesalahan masih banyak kesempatan asal kita mau instropeksi dan selalu belajar menjadi manusia yang lebih baik, karena kesalahan akan membuat kita jadi sempurna.
Langkah-langkah optimis mulai bergerak lagi untuk mecapai tujuan masing-masing, tujuan yang mengarah pada impian dan berakhir di gerbang kesuksesan. Berat memang seperti seorang pendaki yang harus melangkah ekstra keras untuk mencapai puncak tertinggi Gunung Semeru agar mendapat predikat orang tertinggi di Pulau Jawa. Ingatlah sobat, semakin berat langkah kita maka semakin dekat pula kita pada impian yang kita idamkan dan jangan lupakan pula campur tangan Tuhan dan restu kedua malaikat yang terlihat. Salahsatunya, impiankulah yang akan diwujudkan karena aku semakin yakin dengan semangatku yang takkan pernah padam seiring langkah optimisku yang menuju jalan terang.
            Biarlah semua menjadi beracun
Selama daun masih ditetesi embun
Layakkah sebuah roda berputar
Tetapi mata ini begitu binar
Selama nafas masih berhembus
Janganlah ada semangat yang pupus
Jikalau hari ini tiada lagi impian yang akan diwujudkan, esok hari masih menunggu orang-orang yang melangkah kedepan tanpa melihat kebelakang hingga meninggalkan jejak-jejak yang nantinya akan diteruskan oleh generasi berikutnya demi berkembangnya zaman yang perlahan mulai sesak dengan meledaknya angka kelahiran.
 Ditengah-tengah permasalahan negeri ini masih banyak orang-orang yang “mendaftar‘‘ menjadi koruptor. Sayang biangkerok itu hanya bisa kulihat dan kutunggu penyelesaiannya yang selalu rumit bagi mereka yang berduit. Kasus-kasus besar bernilai milyaran yang menjelma menjadi sorotan hampir seluruh awak media sehingga kasus-kasus terdahulu perlahan-lahan mulai tenggelam.
 Kemanakah kasusnya sekarang ?. Inilah sebuah peluang emas baginya untuk melaksanakan pelesiran jilid II jika awak media tidak lagi mengangkat kasusnya. Kasus besar seistimewa gelarnya yaitu ‘‘scandal‘‘ layakkah kasus sandal jepit berubah menjadi scandal jepit ?, sungguh penegak hukum berpendidikan tinggi maling juga mengenyam sarjana bahkan lebih tinggi pula.

Beginilah jadinya koruptor suka ngentit
Bangku kuliah bukan lagi tempat mereka yang kurang duit
Zaman sekarang hukum itu pelit, untuk kasus scandal jepit
Dalam hati mereka yang tak bersalah harus menjerit
Karena koruptor ogah dibuang ke parit                               
Sungguh negara ini butuh penegak hukum dengan berjuta spirit
Karena bagi mereka yang berduit
Hukum tidaklah rumit

Napoleon Bonaparte mengatakan bahwa “pena itu lebih tajam dari pedang“ Aku hanya bisa berjalan dengan tulisan karena untuk terjun langsung ke lapangan itu semua hanya sebatas  khayalan. Namun tidak menutup kemungkinan jika nantinya aku yang akan turun tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar